November 26, 2015 News No Comments

Apa yang anda bayangkan jika anda dihadapkan pada seorang presiden direktur (presdir), pastinya anda akan membayangkan yang namanya style dengan kendaraan dan pakaian mewah, kata-kata yang terkadang “tidak enak di dengar” (walaupun tidak semua seperti itu), ini bisa dimengerti karena gengsi, posisi, atau strata yang di tempat bekerja.

Namun, anda percaya atau tidak berbeda sekali dengan presdir PT. Puri Kemenangan Jaya (PT. PKJ) yang satu ini, ya Jusmery Chandra (Mery sapaan kesehariannya), ternyata memiliki kebiasaan dan kepribadian yang berbeda. Dimana beliau memiliki filosofi, “Kalau saya salah ke karyawan, saya mau minta maaf. Saya bilang, maaf ya tadi saya salah persepsi, salah menangkap,” ujar Mery mencontohkan cara meminta maaf kepada bawahannya. “Saya tidak pantang mengucapkan maaf dan terima kasih,” tegasnya.

spirit Bu. Jusmery

salah satu Filosofi dari Jusmery Chandra

Bagi Mery, meminta maaf telah menjadi hal yang menyenangkan. Jika memang salah, dia tidak berat menyampaikannya. Bukan hanya di tempat kerja, di rumah pun dia lakukan hal serupa. Kepada anak-anak, kalau memang bersalah, Mery tak segan minta maaf. Bahkan, kepada pembantu rumah tangga (PRT) dan sopir pun, dia ikhlas meminta maaf jika memang bersalah.

Beliau masih merasa heran masih saja ada orang yang berat untuk meminta maaf karena di latarbelakangi oleh gengsi atau ego. “Bahkan, ada yang tidak mau minta maaf karena merasa direndahkan. Terus terang, saya tidak merasakan itu. Kalau salah, saya tidak malu minta maaf. Kenapa harus malu? Kita kan sama-sama manusia,” ujarnya. Sejak dilahirkan, derajat manusia sama. Tidak ada si kaya, si miskin. Tidak ada pula si bodoh dan si pintar. Semuanya sama. “Tapi ego manusia, yang kerap membeda-bedakan derajat seseorang. Sampai-sampai yang dianggap perlu minta maaf hanya bawahan. Sementara kalau atasan bersalah, tidak perlu minta maaf. Itu kan tidak adil,” ujar Mery.

Perlu-tidaknya seseorang meminta maaf, menurut dia, bukan dilihat dari posisi dan jabatan pekerjaannya. “Permintaan maaf dilihat dari posisi kesalahan, apakah kita atau orang lain yang salah. Kalau kita salah , ya harus berbesar hati dong minta maaf,” kata Mery. Di samping tak berat minta maaf, Mery juga ringan mengucap terima kasih. Jika karyawan nya berhasil menyelesaikan tugas, maka kata terima kasih itu langsung terucap. Mery pun selalu menyelipkan kata minta tolong saat membutuhkan bantuan bawahannya.

Menghilangkan jarak

Keikhlasan minta maaf dan berterima kasih, perlahan menjadikan Mery sebagai pemimpin yang disegani. Dia juga berhasil menjadi pemimpin yang mampu menghilangkan jarak dengan karyawan. “Saya tidak menciptakan jarak. Di kantor, karyawan bebas mau bicara apa,” katanya. Hal ini memang diciptakan untuk membangun suasana kerja yang harmonis. Ini penting guna menjawab persoalan pekerjaan, yang kerap kali harus dipecahkan secara tim. Suasana itu pula yang memudahkannya mendorong karyawan untuk bekerja penuh tanggung jawab, profesional, dan selalu berinisiatif.

Bu. Mery dan Tim

Jusmery dan Staf PT. Puri Kemenangan Jaya

Kata terakhir tersebut perlu digarisbawahi. “Karena buat saya inisiatif sangat-sangat penting. Saya mau, setiap pagi, karyawan berinisiatif melaporkan perkembangan tugas yang saya berikan. Tak harus menunggu saya minta,” paparnya. Salah satu tugas penting dalam kapasitas Mery sebagai presiden direktur PT Puri Kemenangan Jaya. Di tangan Mery-lah, arah distribusi dan pengembangan keramik batu alam Centro ditentukan. Itu karena PT Puri Kemenangan Jaya yang dia pimpin bertindak sebagai main distribusi Centro.

“Saya senang sibuk. Kalau disuruh bertemu banyak orang, itu menyenangkan. Apalagi dalam satu hari saya targetkan ketemu empat orang, dan empat-empatnya selesai dan hasilnya bagus. Saya luar biasa, senang. Pulang, bukannya capai, tapi malah gembira,” papar Mery.

Sumber : beritasatu.com

Written by admin