Industri keramik nasional diperkirakan mulai bangkit tahun depan, didorong penurunan harga gas industri dan stabilnya pertumbuhan ekonomi. Pada 2017, penjualan keramik diperkirakan naik 5% menjadi 357 juta meter persegi (m2).
Di lansir dari kemenperin.go.id, tahun ini, penjualan keramik diperkirakan merosot 10% menjadi 340 juta m2 dari tahun lalu 380 juta m2. Per September 2016, penjualan keramik masih turun 30%.
“Ada harapan industri keramik bisa rebound dan tumbuh pada 2017,” ujar Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (ASAKI) Elisa Sinaga kepada Investor Daily di Jakarta, belum lama ini.
Menurut dia, penurunan penjualan keramik tahun ini dipicu masih tingginya harga gas, yakni US$ 8-9 per million metric british thermal unit (mmbtu). Jika
pemerintah jadi menurunkan harga gas menjadi di bawah US$ 6 per mmbtu, industri keramik berpotensi rebound tahun depan.
“Sebagai pelaku usaha, kami ingin janji pemerintah dilaksanakan, bukan hanya wacana,” ujar dia.
Elisa menuturkan, industri keramik mengalami masa sulit sejak tahun 2014. Tren ini terus berlanjut pada 2016. Dia berharap tahun depan industri keramik mulai bergairah, karena harga gas diturunkan ke level yang diinginkan pengusaha.
Dia menjelaskan, jika harga gas mencapai level US$ 6 per mmbtu, biaya produksi industri keramik turun 30%. Alhasi, industri keramik dapat menggenjot produksi dan siap bersaing.
Sumber : Investor Daily