Pasokan keramik di Indonesia mulai mengalami penumpukan. Pasalnya, produksi keramik yang melimpah ini, tidak dibarengi dengan penambahan permintaan. Selain itu, penyebabnya ialah pasokan berlebih karena pasar dipenuhi produk lokal dan produk asing.
“Tidak kurang 10 pabrik melakukan ekspansi. Belum lagi pabrik baru dari perusahaan asal Taiwan dan Vietnam. Pangsa pasarnya (lokal), jadi berkurang,” ujar Vice President PT Asri Pancawarna, Hendrata Atmoko saat pameran keramik Keramika, JCC, Senayan, Jakarta.
Menurutnya, pada tahun 2014, sekitar 15 juta meter persegi kebutuhan keramik di Indonesia, diisi oleh impor. Hal ini tentu mengganggu pangsa pasar produsen lokal.
Oleh karena itu, ia berharap bisa berbicara dengan pemerintah untuk mencegah produsen internasional mendominasi pasar di Indonesia. Terlebih tahun ini Indonesia memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), yang memungkinkan produsen asing di Asia Tenggara lebih mudah masuk.
Dia mencontohkan ubin granit. Secara total, ubin yang masuk pasar Indonesia sebanyak 4 juta sampai 5 juta meter persegi dalam satu bulan. Dari jumlah itu ubin yang dihasilkan produsen lokal paling banyak dua juta meter persegi, dari empat pabrik yang aktif. Sementara tiga juta meter persegi lainnya didatangkan dari luar negeri.
Selanjutnya, banyaknya pasokan impor disebabkan karena aksesnya yang mudah. “Sekarang, pelabuhan untuk impor bukan hanya Jakarta, tapi juga Medan, Semarang, Surabaya, dan Makassar,” jelasnya.
Bagi produk lokal masih bisa terselamatkan dan bernafas lega karena, produksi lokal sedikit terlindungi karena adanya peraturan bea cukai yang ketat dan Standar Nasional Indonesia (SNI). Dengan demikian, barang-barang impor yang tidak sesuai atau berkualifikasi SNI, dilarang masuk ke Indonesia.
Sumber : properti.kompas.com